Friday, May 25, 2012

aku bukan lah perempuan pemalu, mungkin karena waktu aku lebih banyak dkantor, pengenalan ku tentang tetangga sekitar rumah minim sekali.

bayangkan, aku hanya melewati mereka selintasan saat berangkat kerja dan menyapa mereka, sedangkan saat pulang kerja biasanya sudah tiada siapa dsekitaran rumah.

aku baru tauk si ibu itu rumahnya dmana, saat dia sedang berada ddepan rumahnya. kapok juga, aku pernah sok tauk menyapa ibu ibu yang papasan djalan "mauk kemana, bu?, eh ternyata dia mauk pulang kerumahnya hihii. sejak saat itu aku menyapa dengan sapaan umum aja, "punya anak jejaka gak, bu?" atau "ibu belum tauk kan betapa hebatnya sayah kalo jadi mantu ibu?", atau "bu.. emang ibu yakin calon mantu ibu itu lebih baik dari sayah?", yah hanya sapaan-sapaan sederhana seperti itu.

apalagih untuk tauk nama mereka, bu parjo, bu supangat, bu siregar, cang armah, cang imin.. awduh aku menyerah kalah. aku gak tauk mereka, dmanah pula rumahnya.

jadi, bukan salah mereka juga kan, kalo mereka gak tauk sahayah.

seperti waktu itu, saat papi sakit pertama kali, aku memutuskan untuk tidak masuk kerja sabtu itu. kegiatan papi pagi, semua aku kerjakan termasuk belanja untuk masak hari itu, hihhi papi aku multitalenta, lho!.
mungkin itu belanja pertama aku selama 14 taon tinggal didesa itu, aku ditemani dekwit. lewat beberapa rumah, ada seorang ibu ddepan rumahnya.

"wah lagi bersih-bersih, bu", sapa ku manis. kali ini tidak menanyakan sekitar jejaka, karena ibu ini ber-anak perempuan semua, menurut dekwit.
"iyah neng...", ibu itu menjawab dengan senyuman
"mauk kemanah?", ibu itu melanjutkan keakrabannya.
"kewarung nih, mari bu"
"iyah neng.. lagi nginep yah?",

gubrak! aku nyaris terjengkang.
"iyah bu, lagi nginep", biar mudah aku membenarkan. aku pun berlalu sambil melempar-lempar senyuman.

selanjutnya, aku dan dekwit tertawa panjang. "bused... dia kagak tauk yak, udah 14 taon gue tinggal dsinih!".

aku memang tidak terkenal.

*****

aku tauk, tepat dbelakang rumah aku berdiam keluarga rizal. orang kaya dkampung kami. kata papi beliau dulu mantan dubes di german, sekarang tinggal dengan istrinya saja, anak tunggalnya meninggal muda 2 tahun lalu. pak rizal ramah dan juga baik hati, pembantunya banyaaaak sekali, sebetulnya cuma 3 orang, tapi pak rizal mengajak semua keluarga mereka untuk tinggal dirumahnya, baik sekali kan?

dsisi kiri rumahnya, berjejer panjang kamar dan tempat bermain para pembantunya, area itu dberi cat warna abu-abu, sementara rumah utama berwarna putih. rumah itu tanpa pagar hanya semak bunga terompet kuning yang rapi membelukar, dengan jendela besar-besar yang setiap pagi terbuka lebar, keliatan asri dengan pot-pot bunga besar, terasa segar.

biasanya, kalau pak rizal ada keperluan dengan papi, pak rizal akan menuliskan surat dan pembantunya mengantarkan, lalu papi akan datang menyambangi. lucu juga, yah?. andai papi bisa sms-an, pasti akan lebih simpel jadinya. bukan, bukan karena pak rizal tidak sopan, tapi papi yang menginginkan, malu kata papi, rumah kami berdebu.

aku hanya tauk nama dan cerita tentang pak rizal, itu saja. belum pernah aku melihat tampangnya.

hingga suatu saat, papi sakit dan murid, teman dan saudaranya menjenguk. sudah beberapa rombongan dari desa kami. hingga diujung hari, datang 3 orang bapak-bapak.

salah seorang laki-laki tinggi berwajah tampan, usia paruh baya, berperawakan sedang, dengan rambut panjang menyentuh bahu, berkacamata, dengan setelan baju rapi. menyalami aku dan kababay.

"apa kabar?", ucapnya saat menyalami. aku terkesima, dan mencoba membayangkan  apakah aku kenal dengan laki-laki ini. bayangan tak menunjukkan 1 nama. heran juga, ada orang dari desa aku dan menyapa dengan cara seperti itu.

percakapan dan canda antara papi dan murid-muridnya bergulir.
"saya gak enak makan, lemes, liat nasi benci aja bawaanya", papi menggambarkan penyakitnya
"wah ji, kalo benci liat nasi kerumah saya saja, kentang selalu ada", ujar pak rizal, dlanjutkan tawa berderai orang seruangan.

heh? kentang? menu makanan tiap hari??? pasti dari luar negeri..
"kamuh rizal???? laki2 dbelakang rumah sayah? rizal kan??? jawab!", aku cepat mendekat dan mengguncang-guncang bahu pak rizal. hehe, tapi itu hanya dalam hati aku aja lah.

ternyata benar, itu adalah pak rizal, yang berumah tepat dbelakang rumah aku.


*****

pagi itu di bus 605, aku berdiri dibus yang tidak terlalu sesak, ddekat pintu depan. berjalan mendekat seorang ibu tua, mengarah ke arah bus aku.
"uhmmm ini seperti ibu-ibu yang sering lewat rumah aku?", pikir ku
aku perhatikan dalam sebelum ibu-ibu itu makin dekat "tapi ah, kok rasanya gak yakin yah..."

aku berpikir cepat, bagaimana aku harus bersikap. kalau aku sok akrab, ternyata itu bukan ibu-ibu yang aku kenal pasti malu, apalagi ddepan umum. kalau aku diam saja, pasti ibu pikir aku anak muda yang tidak sopan. duh, ibu-ibu itu makin mendekat, dan aku belum memutuskan bagaimana sikap aku.

akhirnya yang mudah aku lakukan, melempar-lempar senyuman. ibu-ibu itu membalas senyuman ku, cukup melegakan.

"mauk kemana, nek?", aku menyapa menggunakan panggilan umum, nenek. biasanya didesa aku memanggil dengan cang, cing, cung. aku masih deg-degan, gak yakin.
"mauk kerumah ayu, nganter undangan", ibu-ibu itu menjawab sedikit detil, tapi tetap belum menjadi satu petunjuk, aku tidak mengenal ayu. uhmm sepertinya dia mengenali aku, tapi aku masih belum 100% yakin.
"nanti turun dmanah, nek?", aku lanjutkan basa basi ku.
"dicilandak, nyambung lagi 612 dah... bapak udah pulang dari rs?"

yeaaaaaaaaaahhh ibu ibu ini benar perempuan tua yang sering lewat drumah akuuuuuu... yakin 100%, karena dia tauk papi masuk rumah sakit dan baru ajah pulang.

kali ini aku gak salah. aku bisa mengenali tetangga aku dan aku dkenal sama tetangga, aku berpikir bangga dengan hati tersenyum lebar.

aku cukup terkenal, bukan?:d





2 comments: