Monday, April 9, 2012

Rumah Sakit Cijantung - Kesdam namanya, ini adalah rumah sakit untuk tentara tapi melayani umum juga. Dulu dekwit juga pernah dirawat disini, tak lama.

Aku memilih kamar kelas 1 untuk papi, 2 orang pasien aku pikir tidak lah terlalu mengapa. Menjelang magrib papi dipidahkan ke ruangan Wijaya.

Kabay dan abang pun sudah datang. Kading dan kapih dalam perjalanan dari Bandung menuju Jakata. Adik-adik yang lain juga sudah dalam perjalanan.

"papi ngerepotin anak-anak juga akhirnya", katanya dalam suara yang lemah
"gak lah pih..", kabay menegaskan
"yang penting papi bisa enak makan, dan sehat lagih yah", aku melanjutkan.

Semua datang, aku  dan anas yang menjaga malam itu, seperti permintaan papi agar anas yang menemani.

tapi rasanya ruangan ini terlalu berisik, tetangga sebelah terlalu banyak keluarga yang ikut menginap, aku yakin papi sangat merasa terganggu. aku sms kakak-kakak untuk meminta persetujuan mereka untuk memindahkan papi ke ruangan vip. mereka pun menyetujuinya.

*****
Minggu 8 April 2012.

Setelah cek sana-sini dengan suster dan melihat ruangan yang tersedia aku menyetui ruangan super vip, aku suka ruangannya begitu asri, luas, terbuka, bertaman, seperti layaknya villa. ruangan baru, belum pernah dipakai sebelumnya.

Walaupun papi sempat menolak, tapi aku memaksanya
"papi kan selalu kasih ruangan yang bagus kalo masukin ke rumah sakit, jadi papih juga harus dapat yang bagus"
"ini berapa harganya". masih sempat papi memikirkan biaya
"tenang aja pih, aku kan dapat gratis dari kantor", aku berbohong untuk menenangkannya.

ruangan itu begitu menyenangkan, semua keluarga bisa berkumpul dengan santai dan tenang, bergilir menjagai duduk disisi papi, sekedar mengusap-usap atau bercakap kecil saat papi terjaga.

kondisi papi masih belum berubah. batuk masih terus terasa, bahkan lebih sering menurut ku. dan aku sampaikan ke suster yang bertugas.

malam itu aku, ita dan ndut yang bertugas menjagai papi.

*****
Senin 9 April 2012, pukul 01:20

Batuk papi makin terasa, begitu berulang, dan suster pun memberikan resep obat batuk baru, ndut langsung membelikan diapotik.

Gak tega rasanya, tubuh kurus dan lemah papi tergucang karena batuknya. papi pun kerap mengeluhkan, memohon sama allah, berulang nama allah keluar dari mulutnya. aku dan ita bersiaga terus.

Mungkin karena batuknya begitu beruntun, papi pun mengalami sesak napas. aku dan ita panik, suara papi makin parau dan lemah. aku dan ita takut, takut sekali bila ini waktunya.
"ka, panggil semuanya datang", ita meminta
aku pun segera menelpon dan mengirimkan sms, semua untuk datang.

papih sudah terdiam, napasnya begitu pelan, aku dan ita harus mendekatkan telinga untuk bisa mengetahui apa yang dikatakan papih. aku dan ita sudah tidak dapat menahan airmata, begitu berlinangan.

papi menyampaikan beberapa pesan, hiks, pesan yang begitu mengharukan. papi menyebut nama ihsan, adik ipar aku hiks, dan makin membuat ku merejang, ternyata memang ihsan begitu berarti untuk papi, ihsan memang adik ipar yang penuh perhatian, sayang dan sabar.

semua sudah datang, berkumpul. bersisian dsekitaran papih, kading mulai menuntun papih, hiks sepertinya saatnya benar-benar datang. adnan memimpin bacaan yasin, papi tetap mengikuti bacaan alquran, bahkan terus membaca doa untuk nyaaji uwan dan buyut2, subhanallah.

airmata ku terus deras keluar. apalagi saat menyaksikan papi mengelus-ngelus kepala ita dengan mata terpejam. tubuh ku terasa ringan, airmata terus keluar, aku mulai tiduran dan dipijiti oleh kapih, aku nyaris pingsan.

yasin terus dbacakan, berulang dibacakan. dan terasa sebuah mujizat, papi berangsur tenang, napasnya mulai teratur. hingga subuh datang, papi makin terlihat stabil.

alhamdulilah, papi masih berasama kami..

No comments:

Post a Comment