Saturday, August 4, 2012


perempuan itu berdiri dipinggiran jalan, diam sendiri bermain dengan telepon genggamnya. seorang laki-laki menghampiri, dan tampak bicara. perempuan itu diam dan memalingkan tubuhnya. tampak laki-laki itu terus berusaha dan sekali-kali menyentuh lengan perempuan itu, tapi perempuan itu dengan cepat menepisnya. sekian detik kemudian, perempuan itu tampak sibuk membersihkan matanya, sepertinya perempuan itu menangis.

mungkin laki-laki itu menyerah, dengan motornya bergerak sedikit menjauh untuk bicara lewat telpon genggamnya. tapi dia bergerak kembali ke arah perempuan itu, dan perempuan itu tetap bergeming dengan wajah yang tidak bisa tertutupi kesalnya. perempuan itu menghentakkan kakinya sambil tetap menghapus airmatanya, dan kembali memalingkan tubuh memunggungi laki-laki itu. hingga akhirnya laki-laki itu menyerah, dan bergerak menjauh dengan motornya.

geli juga kadang melihat adegan seperti itu, aku menjumpainya kadang djalan atau kadang dalam mobil angkutan. pasangan yang sedang bersitegang, dan biasanya sang perempuan memegang kendali atas aksinya. lucu aja, menggelikan.

tapi, untuk adegan di atas awas kalo kalian mengganggap itu lucu dan membuat tertawa geli.

perempuan itu adalah aku. dan laki-laki itu, pasti kalian tauk bahwa dia bukan pasangan ku. iyah, laki-laki itu adalah swami sahabat ku. kekesalan ku berakhir dengan tangisan, ah raib sudah pahala puasa ku, sepertinya.

bayangkan, bagaimana aku gak kesal. rencana off yang seyogyanya aku habiskan berasik-masuk diatas ranjang, harus terputus dengan merasakan teriknya matahari dan kepala yang sedikit pusing karena tidur yang gak bisa aku tuntaskan. aku merasa perlu istirahat lebih lama, karena rencana itikaf ku di aa dari sore hingga dini harinya.

sebetulnya itu gak menjadi masalah, karena aku sudah berniat untuk menemani sahabat ku langsung untuk memilih kaftan kembaran dengan anak-anaknya, dengan senang hati aku lakukan itu. dan aku membuat janji dengan tante penjual untuk datang kerumahnya jam 1, menyesuaikan jam kerja sahabat ku. sebetulnya, tante itu hanya membuka dagangannya hingga jam 10 saja, tapi kali ini dia bersedia.

dan aku sudah merasakan terik, dan sudah diatas bus kota yang membawa ku ke lebak bulus saat sahabat ku mengabarkan bahwa swaminya melarang untuk pergi karena kemacetan tinggi ke arah rempoa. aku gak kesal dengan sahabat ku, karena itu adalah kewajibannya untuk mengikuti kata swami sebagai istri yang solehah. tapi yang membuat ku sesak, laki-laki itu lebih memilih aku yang akan menemani istrinya untuk berpanas-panas dan merasakan sendiri kemacetan itu daripada aku dan sahabat ku merasakannya bersama-sama. dan aku sebetulnya butuh istirahat untuk energi yang kubutuhkan saat itikaf dan mungkin hanya tidur 1-2 jam.

tapi kekuatan untuk menahan dan bersabar diri ternyata hanya berlangsung sebentar, hingga airmata ku jatuh tak tertahankan. ternyata tidak ada macet sedikit pun.

hingga akhirnya laki-laki itu yang memang sedang tidak jauh berada dilokasi menghampiri ku. dan aku sudah terlanjur menangisi.

terasa pedih.

No comments:

Post a Comment