Saturday, July 14, 2012


2 minggu lalu, ibey sunatan.

jam 6 pagi kami sudah bersiap menuju klinik. kading yang mengantarkan dengan mobilnya, ihsan ayahnya ibey menemani, juga aku, kjana dan bapak (swami kjana). sebagai peneman, hadir pula ribi dan 2 teman rumah ibey irvan dan shasa.

ibey sudah lengkap bersarung kuning, baju koko putih, dan peci putih. selayaknya anak sunatan di tempat kami (baca : keluarga betawih). dan aku menyiapkan celana dalam khusus sunatan dengan lengkungan besar dibagian si anu hihihii.

menurut kuning, dia sudah membuat janji dengan dokternya untuk sunat pagi. tapi sayang, pas kami datang ternyata sang penunggu gak mengetahui janjian ini, dan memang dokternya pun belum datang. menit-menit berlalu, tak kunjung dokter datang.

dan mulai berdatangan pasien-pasien lain, ternyata banyak juga yang akan bersunat hari itu. dan salah satunya teman ibey juga.
"wah, mas ibey udah siap pake sarung yah", ujar ibu daffa melihat kelengkapan ibey
ibey hanya senyum-senyum sambil bermain dengan teman-teman yang ada.

dan ku perhatikan, ternyata semua yang datang memang bergaya apa adanya, bak anak-anak yang sedang ke dokter biasa atau main ke mall, berkaos dan celana pendek.

"kak, keknya kita salah kostum dah hahahaha", aku mencolek ke kjana sambil ngakak geli
"duh kasian ibey nih, ntar dia malu lagi, kok sarungan sendirian", lanjut ku

kjana hanya tertawa geli, tapi gak papa lah namanya juga anak-anak, kjana membiarkan. dan keliatannya ibey juga gak ambil perduli dengan itu. karena kalau ibey gak nyaman, pasti dia akan minta ganti hihihi.

******

aku gak berani menyaksikan proses sunat langsung. hanya ayahnya, kjana, bapak dan 3 anak kecil peneman itu. mungkin sekitar 10 menit, mereka selesai.

ibey keluar dengan senyum lebar, yang ada druangan semua bertepuk tangan dan bersalaman. aku mencium ibey, terharu, tangannya yang ku jabat terasa dingin. tapi yah itu, ibey keluar tanpa sarung apagi celana dalam khususnya itu, dengan cuek melangkah keluar.

"sakit, kak ibey?", tanya ku
"gak, cuma pas dsuntik ajah sakit sedikit", jawabnya setengah meringis

berpamit dengan yang lain, dan kami menunggu dimobil saat ihsan mengurus obat. kesal juga, karena ternyata lama sekali prosesnya. ibey mulai gelisah, dan sepertinya efek kekebalan sudah hilang.
"aduh, lama banget sih ayah.. sakit nih, periihh", ibey meringis kesal
"bentar kak, lagi ambil obatnya"

ternyata cukup lama, dan hasilnya ibey mulai berteriak-teriak kesakitan dan mengguncang-guncang kakinya. aku coba menenangkan, tapi sepertinya gak berhasil.
"sumpaaahh tanteee, sakit bangeeeeettttt aku gak tahaaaaannnn", jeritan ibey makin menjadi

ihsan masih belum nongol juga. ibey pun beraksi membuka jendela mobil dan menjulurkan kepalanya keluar
"ayaaaaaaaaaaaaaaahhh buruuaaaaaaaaaaann sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttt", jeritnya kencang dan aku gak bisa nahan
"aaaaaaaaaayaaaaaaaaaaaaahhhh aku gak kuuuuuuuuuuuuuuaat", teriakan dan tangisannya menyatu kencang

kebayang, anak-anak yang mengantri sunat pasti berpikir ulang untuk sunatan, dan mungkin ibu-ibu mereka mencoba menutupi telinga anaknya agar gak mendengar jeritan ibey.

akhirnya ihsan muncul juga, dan tampak kesal sekali dengan tingkah ibey.
"ayah juga dulu dsunat kak, itu om diding, pakde, irfan juga disunat"
"sakit yah, sakiiiitttttttt whoooaaa whowaaaa"

jarak klinik yang gak jauh dari rumah pun menjadi terasa jauh dengan teriakan dan tangisan ibey yang tiada henti.
"ntar kalo dah minum obat sakitnya ilang kak", aku mencoba menenangkan juga

naas, djalan yang sempit menuju rumah ihsan, mobil kami berpapasan dengan mobil lain. melihat posisi, sangat pas bila mobil ddepan kami yang harus masuk ke tikungan untuk memberi jalan. tapi sepertinya ibu-ibu dbelakang setir itu gak mo ngalah.

"whoooooaaaaa orang itu gak ngerti yaaaahhh... dia gak ngerti ini sakiiiiitttt", ibey menjerit kekesalan
gak disangka, ihsan menurunkan kaca jendela dan menjulurkan kepalanya keluar, berteriak
"ini bawa orang sakit buuuuu, orang sakiiittttt, ibu geseeeeeerrr"

hihihi ihsan yang gak pernah kasar, ternyata bisa berbuat begitu melihat situasi anaknya. geram, sang ibu tetap gak mo ngalah. malah mundur dan meminta kami maju untuk belok dulu. pffuiiiihh.

******

drumah, tangisan ibey masih berlanjut hihihi. geli juga, semua jadi sibuk. untungnya ada tetangga kuning yang cukup piawai menangani anu-nya ibey, dari membersihkan hingga membantu saat ibey ingin pipis.

"ribi, masih mauk sunat?", tanya ku, ngebayangkan ribi akan ngeri melihat situasi ibey
"mauk lah.. ribi berani kok", jawabnya tegas dan mantap
"keciilll nen...", ribi pamer ujung jari kelingkingnya

dengan seruk, ribi pun bercerita proses sunat yang telah dilalui ibey, lengkap sekali ceritanya.
"udah deh, abis itu kecium bau sangit, nen", katanya menutup cerita

aku ngakak mendengarnya. salute, bi! kamuh memang keponakan ku yang membanggakan, aku menepuk-nepuk bahu ribi, bangga.

tapi memang, sunatan itu rasanya cukup mengerikan, yang terbayang. bagian tubuh kita dpotong, uwwww, dan pastinya saat obat kebal sudah tak terasa lagi, kebayang betapa nyerinya bekas sayatan itu.

"rasanya seperti digigit harimau, kok!", komentar teman ibey yang pernah disunat.
ngakak aku dengarnya, tega amat yak perumpamaannya. mbok yah seperti digigit semut, lah ini! harimau! buseeeddddd apa gak ngacir yang dengarnya.

lain lagi komentar dio, anak rini. menjelang waktunya yang memang sudah gak ada pilihan lagi, harus sunat. dio berkomentar.
"bun, yang aku gak suka dari quran cuma ini bun", protes dio ke rini
"dsuruh sunat", lanjutnya

aku ngakak abis saat rini menceritakan komentar dio itu hihihihihi. dasar yah anak anak.
tapi yah itu, maklum sekali, serem.

alhamdulillah, akhirnya ibey sudah sunat. sudah siap sebagai muslim menjelang kebaligh-annya. semoga ibey menjadi anak yang soleh, pintar, taqwa dan berguna, aamiin ya robbal alaamiin.

*****

sampai drumahnya, ribi pun merajuk ke bundanya, ita.

"buuuunnn... kenapa sih, ribi gak dsunat waktu bayi ajaaahhh", ribi cemberut sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

gubraks!!!!




No comments:

Post a Comment