Sunday, June 3, 2012

ini antara aku, laki laki itu dan kekasihnya.

bus yang membawa aku pergi dari lebak siuh subang cukup padat. bersukur, aku mendapatkan kursi setelah menunggu hampir 1 jam lamanya.

bus itu terlalu sesak untuk aku bisa mengamati penumpang yang berdiri dsekujur tempat duduk ku. hingga akhirnya mendekat pintu tol sadang, penumpang mengalir turun hingga penumpang pas duduk disejumlah kursi yang ada.

lega, alhamdulilah. aku duduk dkursi jejeran belakang, pas membelakangi pintu belakang. seorang perempuan muda duduk dkursi seberang ku, dan seorang laki laki duduk didepannya. dari bahasa tubuh mereka, jelas aku ketahui mereka adalah sepasang kekasih. mungkin karena kursi kosong seadanya, mereka tidak dapat duduk dderetan kursi yang sama.

mereka saling berbagi minuman mizone, aku lihat, dan tak mau kalah aku pun membeli sebotol mizone rasa yang sama. dengan keterbatasan tempat, hanya sesekali mereka beradu bicara. bisa aku bayangkan, betapa inginnya mereka saling terus bercerita dan saling bersentuhan.

terkadang aku lihat, sang laki-laki menyentuh kaki kekasihnya yang terjulur agak kedepan, mencekal dan menggoda. aku bisa dengar protes kecil dari sang perempuan, walau jelas dia senang dengan perlakuan itu. aku bisa bayangkan karena  aku tauk rasanya. dulu laki laki ku pun begitu. aku menampar cepat bayangan hanih dipikiran ku, pergi!.

aku hanya melihat gerakan mereka, tanpa ada keinginan untuk mengamati wajahnya.

1 penumpang baru naik, berdiri dtengah antara barisan kursi ku dan kursi mereka. aku mendengar sang perempuan berbisik ke kekasihnya, entah apa, kemudian sang laki-laki membuka bungkusan plastik. aku terus mengamati gerakannya, hingga 1 kursi lipat kecil terbuka sempurna.

"pak, silahkan..", laki laki itu menawarkan dengan ramah
dan kini aku bisa melihat jelas wajahnya, muda dan tampan --aku mengelap airliur yang mengeces alami--.

bus terus berjalan, terasa lambat. dengan ekor mata ku, aku tetap mengamati mereka, kurang kerjaan.

******

bapak diatas kursi lipat itu akhirnya mendapatkan kursi kosong. aku bisa lihat, dengan ramah sang bapak mengucapkan terima kasih dengan menepuk ringan lengan laki-laki itu. kursi itu kembali dilipat, kursi yang bagus dan kekar sekali. laki-laki itu memasukan dalam kantong plastik kecil, lalu melapisinya kembali dengan kantong plastik yang lebih besar. terlipat rapi kini, dan diletakkan diatas pangkuannya ---kembali aku mengelap air liur yang mengalir, andai sayah yang jadi kursi lipat ituh--.

tidak lama berselang, datang 1 penumpang baru lagi, dan singgah kembali ditengah antara kami. aku mendengar perempuan itu kembali berbisik, dan serta merta sang kekasih membuka kembali kursi lipat itu dan kembali mempersilahkan penumpang baru.

"gak, sayah dekat kok", penumpang itu menggelengkan kepala seraya melemparkan senyuman hangat.
"dia gak mauk, dekat katanya", laki laki itu menoleh kebelakang dan menyampaikan kepada kekasih, seraya kembali melipat kursi itu kembali.

betapa pasangan serasi yang baik hati, batin ku. aku mengambil beberapa lembar tisu, ngelap air liur.

******

lelah mengelapi airliur, aku coba memejamkan mata. aku tidak pernah berhasil benar-benar tidur diatas kendaraan umum, tapi aku mencoba. sayup-sayup mata ku melihat, seorang laki laki agak kekar berdiri dengan tangan dtepuk-tepukan, tanpa suara terdengar. aku perhatikan dalam, mungkin itu adalah pengamen yang kadang pura-pura tuna wicara, pikir ku.

aku menemukan selembar limaribuan dari saku ku. lirik ke kanan, aku melihat gerakan laki-laki itu bicara ke kekasihnya.

"ada recehan, yang?"
"buat apah?"
"ada pengamen..."
"apah?
"pengamen tuh"
"heh? apa nya yang tuh?"
"PENGAMEN!"
"ah pengamen, bilang dong yang dari tadi"

aku lihat, perempuan itu memberikan selembar seribuan ke tangan kekasihnya. aku tepuk dada pelan, pfuih mending gue nih.. limarebu! aku menjembreng limaribuan didepan mata laki laki itu, jelas ini hanya ada dbatin ku saja.

makin terbukti, bahwa mereka pasangan yang baik hati.

********

selang beberapa detik, laki-laki pengamen itu pun mulai menyambangi para penumpang, dengan tangan terbuka mengharap belas kasihan.

semakin dekat, bisa aku lihat ternyata laki-laki tinggi kekar, rambut berombak, berjalan sempoyongan, dengan tato bertebaran dari kemeja yang sengaja dibuka lapang. setengah memaksa dia menadahkan tangan. pfuih, agak gak rela uang lima ribuan ini buat nambah preman itu beli minuman, batin ku. tapi ah, mudah-mudahan dengan melihat uang limaribuan, dia jadi lebih tenang, setengah batinku.

selesai meminta uang, ternyata preman itu berdiri tepat disamping ku. 1 tangannya di kepala kursi depan ku, dan 1 tangannya lagi dikepala kursi perempuan itu. aku menahan napas, enggan rasanya mencium aroma minuman. aku bisa melihat, ternyata aku dan laki-laki itu mencuri lihat ke preman dengan ekor mata kami. aku waspada, dan laki laki itu mewaspadai kekasihnya.

entah karena gerakan oleng mobil, atau preman itu yang sempoyongan, tubuhnya menyentuh kepala perempuan itu. dan dengan sigap, laki-laki itu berdiri dan menghalangi preman itu.
"sapa yang ganggu, heh? sapa?", setengah marah preman itu bertanya ke sang perempuan
"gak pak, tadi saya nanya raket ini menghalangi", laki laki itu berusaha melunakkan. seraya menyentuh batang raket badminton yang dpegang kekasihnya.

laki-laki itu kembali ketempat duduknya, tapi tetap dengan sikap siaga. tangannya mengepal bersiaga.

kini, preman itu berposisi tepat dsebalahku, tubuhnya hampir menutupi tubuh ku. aku bergeser kedepan, menghindari. aku bisa bayangkan, preman itu bisa dengan mudah memukul kepalaku, tengkuk ku atau punggung ku. aku merinding membayangkan. hati ku sangat tak tentram, aku bersiap bila kondisi tidak memungkinkan aku masih bisa menggapai lengan laki-laki itu, untuk perlindungan --masak sih, kekasihnya gak rela ini kan kondisi darurat, batin ku--.

aku membaca zikir, terus membaca tanpa henti. mengharap lindungan allah, hati ku tak tentram, tapi yakin allah ada memberikan perlindungan.
aku tauk, laki-laki itu juga tidak tentram, melihat situasi kami, uhmm situasi kekasihnya, tepatnya.

perjalanan terasa makin lamban, waktu berjalan begitu lambat. laki-laki itu masih berada disekitaran ku, sesekali berganti posisi menghadap perempuan itu. tapi tetap berada dsekitar kami dengan tubuh sempoyonnganya sesekali menyentuh tubuh ku, atau perempuan itu.

tak tentram mencekam dan hingga perjalanan berakhir, allah melindungi kami. alhamdulillah.

******

aku bersiap dan turun dari bus, dan serasa tak percaya aku melihat dinah, tipah, euis dan cumih di bus yang sama, bus warga baru jurusan subang - kampung rambutan.

"kalian????? ada dibus yang sama???", mengucek-ngucek mata tak percaya
"bener kan ini kalian? dinah?", aku mengguncang-guncang bahu dinah
"tipah, kamuh kan??", menepuk-nepuk pipi tipah
"euissssss", memeluk erat euis
"cumiiiiiiiiihhh kamuuuuuhh sekarang pake kerudung?", aku mencubiti pipi cumih yang segar

ternyata aku tak sendirian...

No comments:

Post a Comment